• Pengadaan Main Battle Tank Leopard 2A6 di Barengi Transfer Of Technologi (TOT)

    Jakarta - Kepala Staf Angkatan Darat
    Jenderal Pramono Edhie Wibowo
    memastikan rencana pembelian tank
    berat Leopard A26 buatan Jerman
    sudah sesuai dengan kondisi dan
    kebutuhan senjata dalam negeri. "Itu
    teknisnya sudah saya tanyakan
    kepada ahlinya, yaitu pusat
    kesenjataan kavaleri," kata Pramono
    di Kantor Pusat Penerangan Angkatan
    Darat, Jumat 13 Januari 2012.
    KSAD juga memastikan pembelian
    tank berat Leopard A26 dari Belanda
    itu akan diikuti dengan transfer
    teknologi. "Membeli alat harus siap
    dengan alih teknologi untuk pasukan
    yang memakainya," ujarnya.
    Menurut Pramono, pembelian 100
    tank Leopard itu sudah sesuai dengan
    rencana modernisasi alat utama
    sistem persenjataan (alutsista) yang
    akan rampung pada 2014. Pemilihan
    tank berat ini juga untuk
    mengimbangi negara tetangga yang
    telah lebih dulu memiliki tank sejenis.
    Modernisasi ini, dia melanjutkan,
    tidak untuk meningkatkan persaingan
    antarnegara yang ada di kawasan.
    "Hanya mungkin ada yang terkejut,
    kok, sekarang. Jawabnya, ya, karena
    kita (baru) punya uang sekarang,"
    ujar Pramono datar.
    Agar harga tank bisa lebih murah,
    pemerintah membelinya melalui kerja
    sama antarpemerintah, dengan
    pemerintah Belanda. Anggaran US$
    280 juta yang sudah disiapkan pun
    cukup untuk membeli seratus tank
    berdaya tembak 6 kilometer itu.
    "Prinsipnya, alutsista itu harus
    memberi kebanggaan dan
    mendukung kesiapan AD untuk
    menjalankan tugas pokoknya,"
    Pramono menegaskan.
    Lebih jauh disebutkan, selama ini AD
    belum pernah membeli alutsista
    dalam jumlah besar. Sebagai contoh,
    Indonesia saat ini baru memiliki tank
    ringan AMX13 yang umurnya 50
    tahun lebih. Dengan penambahan
    dana Rp 14 triliun hingga 2014, AD
    akan terus membeli alutsista baru,
    bukan hanya tank berat, tapi juga
    meriam, helikopter, rudal
    antiserangan udara, dan amunisi.
    Mengenai rencana pembelian tank
    Leopard ini, Wakil Ketua Komisi
    Pertahanan T.B. Hasanuddin
    mengatakan Dewan Perwakilan
    Rakyat akan menolak pembelian
    karena tank jenis ini dinilai tak cocok
    dengan kondisi geografis Indonesia.
    Menurut dia, tank berbobot 60 ton ini
    akan mubazir karena tidak sesuai
    dengan kebutuhan TNI AD. "Yang kita
    butuhkan sesuai dengan renstra itu
    tank jenis menengah, bukan tank
    berat seperti ini," ujarnya. Sejumlah
    anggota Komisi Pertahanan lainnya
    juga mengkritik rencana penempatan
    tank yang akan dipusatkan di Jawa.
    Menanggapi hal ini, Pramono
    menjelaskan, pembelian tank berat
    merupakan upaya AD menciptakan
    kesetaraan dengan negara tetangga,
    seperti Malaysia, Thailand, Kamboja,
    dan Myanmar, yang telah lebih dulu
    memilikinya. Pembelian tank berat
    oleh AD akan sangat berguna dalam
    latihan gabungan antarnegara
    ASEAN. "Selama ini latihan gabungan
    tidak berjalan sepadan. Mereka
    punya tank berat, sedangkan kita
    medium saja belum punya," ujarnya.
    Mengenai penempatan tank yang
    dipusatkan di Jawa, menurut
    Pramono, semata-mata agar lebih
    mudah diangkut ke mana saja di
    wilayah Indonesia. Pasalnya, untuk
    memindahkan tank tempur itu,
    diperlukan alat angkut militer yang
    sampai saat ini baru ada di Jakarta
    dan Surabaya. KSAD juga meminta
    masyarakat tidak khawatir akan
    penyalahgunaan tank oleh AD.
    Bagaimanapun, tank tempur tidak
    akan digunakan di daerah padat
    penduduk. "Prinsipnya, tank hanya
    akan melawan tank," ujarnya.
    Sumber : TEMPO

    0 komentar → Pengadaan Main Battle Tank Leopard 2A6 di Barengi Transfer Of Technologi (TOT)

    Posting Komentar