JAKARTA - Pembangunan kekuatan militer besar-besaran yang dilakukan Pemerintah Indonesia, telah menimbulkan kekhawatiran negara-negara lain. Pada tahun 2014 kekuatan militer Indonesia dengan berbagai alat utama sistem senjata (alutsista) yang ada akan memimpin di ASEAN.
"Bayak negara lain mengkhawatirkan pembangunanan kekuatan kita saat ini," kata Menteri Pertahanan (Menhan), Purnomo Yusgiantoro dalam pertemuan dengan para pemimpin redaksi media massa, di Jakarta, Selasa (17/1).
Meski demikian, tambah dia, pembangunanan kekuatan militer besar-besaran yang tengah dilakukan oleh pemerintah saat ini, bukan dalam rangka offensive, tetapi lebih pada mempertahankan kedaulatan bangsa.
Menurutnya, pembangunan kekuatan militer dan keamanan suatu bangsa akan seiring sejalan dengan laju perkembangan ekonomi dalam negara tersebut. Tampa terkecuali di Indonesia dengan perkembangan ekonomi dan kesejahteraan yang terus membaik.
Sejak reformasi dilakukan 1998, termasuk di sektor pertahanan, TNI tidak luput melakukan reformasi melalui restrukturisasi dalam tubuh TNI. Namun saat itu, belum menyentuh pada reformasi alat utama sistem senjata (alutsista) TNI. "Karena ekonomi yang terus membaik, sekarang dengan anggaran alutsista yang besar, kita membangun kekuatan TNI yang besar-besaran dalam lima tahun ini," tambah Menhan.
Sebagai gambaran kasar, kekuatan militer Indonesia, dalam waktu dekat, Indonesia akan memiliki pesawat tempur generasi 4,5, pemantapan alutsista untuk TNI Angkatan Darat dengan datangnya tank-tank berat, modernisasi alutsista di Angkatan Laut. "Akhir 2014 TNI akan kuat sekali, nanti kita akan kuat di ASEAN," kata Menhan.
Dalam kesempatan yang sama Wakil Menhan Sjafrie Sjamsoeddin mengatakan persyaratan sebuah negara yang berdaulat adalah dari kekuatan militernya. Namun, kekuatan militer tidak hanya diukur dari kuantitas kekuatan militer saja, tetapi juga dari strategi militer yang digunakan. "Pembangunan kekuatan militer lebih untuk kepentingan perdamaian dunia," katanya.
Pada kesempatan tersebut, Sjafrie mengatakan Departemen Pertahanan (Dephan) memastikan anggaran belanja alutsista yang cukup besar bisa dipertanggungjawabkan kepada publik. Dephan melakukan audit berlapis dalam pembelian alustista sebagai langkah pencegahan penyimpangan.
Menurut dia, tambahan anggaran yang besar dalam revitalisasi alutsista sebenarnya merupakan pil pahit bagi Dephan. Namun merupkan gula bagi perkembangan industri pertahanan Indonesia. "Tambahan anggaran besar ini menjadi gula untuk pengembangan bisnis militer, namun juga ternyata menjadi pil pahit bagi kami. Yakni bagaimana untuk menghindari adanya penyimpangan," ujarnya.
Kemhan sendiri telah membentuk tim konsultasi pencegahan penyimpangan pembelian (TKP3B) dalam rangka pengawasan pengadaan pembelian alutsista. Untuk memastikan tidak adanya penyimpangan dalam anggaran yang besar tersebut, maka TKP3B melalukukan audit berlapis dalam proses pengadaan alutsista.
Pengadaan alutsista nantinya akan dilakukan secara hati-hati dan teliti dengan skema pembelian langsung, yakni dari pemerintah ke pemerintah atau G to G ataupun antara pemerintah dan produsen secara langsung. "Jadi auditnya tidak hanya di ujung, tapi untuk pembelian alutsista akan ada audit awal. Kalau masih lolos, udah keterlaluan," ujarnya. nik/P-3