-
Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) Gusti Muhammad Hatta mengatakan pada tahun 2013 pihaknya akan membuat satu skuadron pesawat tanpa awak untuk kepentingan mata-mata sistem pertahanan nasional.
"Kementerian Pertahanan meminta untuk dibuatkan satu skuadron pesawat tanpa awak. Setidaknya pembuatannya untuk keperluan memata-matai," kata Menristek Gusti Muhammad Hatta, di Jakarta, Kamis.
Gusti Muhammad Hatta mengatakan pesawat tanpa awak merupakan salah satu fokus pengembangan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Hakteknas) yang akan dilakukan lembaganya tahun ini, selain rencana pembuatan roket serta satelit.
Menurut dia, selain untuk keperluan pertahanan pesawat tanpa awak juga dapat berfungsi membantu menghasilkan hujan buatan dan keperluan pengamatan di daerah berbahaya.
"Pesawat tanpa awak dapat masuk menembus awan untuk menabur garam membuat hujan buatan, serta untuk mengamati gunung berapi yang berbahaya apabila dilakukan pesawat berawak. Selain itu juga dapat digunakan untuk mengamati praktik `ilegal fishing` dan `ilegal logging`," kata dia.
Gusti mengatakan di luar negeri pesawat tanpa awak sudah digunakan untuk kepentingan perang. Di Israel misalnya, pesawat tanpa awak dilengkapi dengan senjata untuk menembak.
Sejauh ini Indonesia melalui Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) dan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) telah menghasilkan sejumlah pesawat tanpa awak. Ia mengatakan bahwa dalam pembuatan skuadron pesawat tanpa awak, Kemenristek kembali akan menggandeng dua lembaga tersebut.
"Sejauh ini LAPAN sudah membuat satu pesawat tanpa awak ukuran kecil. Sedangkan BPPT sudah mengembangkan tiga kelas pesawat tanpa awak yakni ukuran kecil, sedang dan besar," kata dia.
Pendanaan pesawat tanpa awak menurut dia akan disediakan oleh Kementerian Pertahanan.
(R028) -
Empat penerbang TNI Angkatan Udara dari Skadron Udara 2 Lanud Halim Perdanakusuma akan tiba di Jakarta dengan membawa pesawat C-295 tanggal 21 September mendatang. Keempat penerbang itu yakni Letkol Pnb Elistar Silaen Komandan Skadron Udara 2 Lanud Halim, Mayor Pnb Destianto, Mayor Pnb Trinanda dan Kapten Pnb Reza Fahlifie.
Saat ini mereka masih berada di Air Bus Military, Sevilla, Spanyol untuk menjalani Training dengan menggunakan pesawat C-295 Air Bus Military selama kurang lebih tiga Bulan dari Bulan Juli sampai September 2012.
"Saat ini program training kami sudah melaksanakan latihan simulator sebanyak 48 jam, mulaidari tanggal 5 Sepember kami sudah flight training degan pesawat C-295 Air Bus Military , dan rencana training sampai dengan tgl 14 September" ujar Komandan Skadron 2 Letkol Pnb Elistar Silaen. Lebih lanjut Komandan Skadron Elistar, mengatakan bahwa latihan training masing-masing pilot dilaksanakan Enam jam terbang. "Rencana ferry pesawat C- 295 Air Bus Military sementara tanggal 17 September dan tiba di Indonesia tanggal 21 September" ujarnya.
Selain Penerbang TNI Angkatan Udara dua penerbang Test Pilot dari PT Dirgantara Indonesia (DI) Ester Gayatri saleh dan Novirsta Mafriando Rusli serta satu Flight Test Engineer Heru Riadhi Soenardi juga melakukan training dengan menggunakan pesawat C-295 di Air Bus Military, Sevilla, spanyol.
Pesawat C-295 buatan Air Bus Military yang bekerja sama dengan PT DI direncanakan akan memperkuat jajaran TNI Angkatan Udara di Skadron Udara 2 Lanud Halim Perdanakusuma menggantikan operasional pesawat F-27 yang belum lama dinyatakan tidak boleh terbang.
Sumber : Kompas -
Pemerintah Australia memastikan akan menghibahkan empat pesawat Hercules jenis C 130 kepada pemerintah Indonesia. Hal itu disampaikan Menteri Pertahanan Australia, Stephen Francis Smith usai pertemuan bilateral dengan Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro di Kantor Kementerian Pertahanan, Jakarta, Rabu (5/9).
Terkait hibah, Menhan Purnomo terima kasih kepada Pemerintah Australia melalui Menteri Pertahanan. Sedangkan enam Hercules lainnya dari Australia, menurut Purnomo, bukan digratiskan, melainkan dijual.
“Meskipun empat Hercules itu dihibahkan tentu kita perlu biaya untuk up grading atau dibuatkan sesuai keinginan kita,” katanya. Wakil Menteri Pertahanan, Sjafrie Sjamsuddin mengatakan Hercules akan digunakan untuk transportasi udara dan untuk bantuan kemanusiaan.
Pengadaan Hercules transportasi dan pengangkutan bantuan kemanusiaan, dinilai Sjafrie, sebagai bagian dari kesiapsiagaan menghadapi bencana.
Sjafrie: Proses Pembelian 6 Hercules dari Australia Belum Dimulai
WAKIL Menteri Pertahanan RI, Sjafrie Sjamsuddin, mengatakan, rencana pembelian enam Hercules dari Australia harus melewati proses, baik proses administrasi, proses politik maupun proses pembelian. “Ketiga-tiganya itu belum implementasi,” kata Sjafrie Sjamsuddin di Kantor Kementerian Pertahanan, Jakarta, Rabu (5/9).
Untuk mengimplementasikan rencana pembelian itu, menurut Sjafrie, Kemhan akan mengajukan proses administrasi yang bersamaan waktunya dengan mengajukan proses politik dengan DPR. Kemhan juga akan berkoordinasi dengan Kementerian Keuangan soal alokasi anggarannya. “Setelah itu baru semuanya bisa jalan ke proses pembelian,” katanya.
Proses pembelian yang disepakati, kata Sjafrie, adalah Army Military Self Office (AMSO), satu bentuk baru Departemen Pertahanan Australia, sama dengan proses Foreign Miliatry Sales (FMS) di Amerika Serikat. “Jadi itu bentuk linearnya adalah proses government to Government,” katanya.
Menurutnya, seandainya proses administrasi, proses politik dan proses anggaran bisa dilakukan maka pembeliannya melalui AMSO.
Sjafrie juga menjamin, proses pembelian alutsista berjalan secara transparan dan akuntabel. Karena proses pengadaan harus terlebih dahulu mendapatkan supervisi dari Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP), Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) dan dikonsultasikan dengan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). “Biasanya pembelian selalu berpikir prevention. Artinya, prosesnya bisa dilakukan atau tidak. Jika tidak, apa yang mesti diperhatikan,” katanya.
Sjafrie mencontohkan, pembelian Main Battle Tank seperti Tank Leopard dari Jerman, semuanya masuk di boks akuntabilitas terlebih dahulu, baru dilakukan pembelian. “Jadi kalau ada pengamat yang mengkritik, itu bagian dari upaya bagaimana meningkatkan ketelitian dalam proses pembelian,” katanya.
Sumber : Jurnas -
Penerbang tempur dari Skuadron Udara 15 Lanud Iswahjudi, Madiun, Jawa Timur berhasil terbang solo, Selasa (4/9). Mereka adalah Letda Pnb Barika Harma dan Letda (Pnb) Stevia Andi Kusuma. Keduanya menggunakan pesawat Hawk MK-53.
Kepala Penerangan dan Perpustakaan (Kapentak) Lanud Iswahjudi, Mayor (Sus) Sutrisno dalam siaran persnya mengatakan peristiwa penting tersebut ditandai dengan acara tradisi pemecahan telur di kepala yang bersangkutan oleh Komandan Lanud Iswahjudi, Marsma TNI M Syaugi.
Keberhasilan Letda (Pnb) Barika Harma dan Letda (Pnb) Stevia Andi Kusuma menerbangkan pesawat tempur Hawk MK-53 secara mandiri (terbang solo), menambah kekuatan pilot Skuadron Udara 15 Lanud Iswahjudi. Hal ini sekaligus menjadi bukti bahwa proses regenerasi terus berjalan, meskipun di tengah kondisi jumlah kesiapan dan jam terbang pesawat yang terbatas.
Letda (Pnb) Barika Harma adalah putera kelahiran Pekanbaru 25 tahun lalu. Sedangkan Letda (Pnb) Stevia merupakan putra kelahiran Pongkai, Riau, 24 tahun. Keduanya adalah lulusan Akademi Angkatan Udara (AAU) tahun 2009, dan Sekolah Penerbang Angkatan 1982.
Sebelum berhasil terbang solo dengan Hawk MK-53 juga pernah menerbangkan pesawat AS-202/Bravo dan T-34/Charlie.
Danlanud Iswahjudi mengatakan terbang solo tidak bisa ditempuh melalui jalan pintas melainkan harus selalu belajar dan berlatih. Keberhasilan ini boleh berbangga dan bersenang hati namun sesaat saja, karena tugas-tugas mendatang masih banyak yang harus dilaksanakan. "Dengan berhasilnya terbang solo diharapkan para penerbang harus benar-benar menguasai dan mengawaki pesawat yang diterbangkan,” kata Danlanud Iswahjudi.
Sumber : Jurnas -
Indonesia tidak akan lagi membeli jet tempur Sukhoi dari Rusia, fokus kedepan hanya untuk F-16 dari AS, Marsekal Eris Herryanto mengatakan kepada portal berita penerbangan flifhtglobal beberapa hari lalu.
Pesawat Tempur Sukhoi SU 30
TNI AU saat ini memiliki 10 unit Sukhoi yang terdiri dari Su-30 dan Su-27 dengan enam Sukhoi tambahan yang saat ini tengah dalam proses. Anggaran modernisasi alutsista TNI untuk saat ini khusus untuk pesawat adalah untuk mempercepat perbaikan dari armada 15 pesawat Hercules C-130 Lockheed Martin, serta membeli empat Hercules C-130Hs dari Australia dan meng-upgrade mereka, dan membeli lebih banyak pesawat CN-295 dari PT DI, kata Herryanto, yang merupakan sekretaris Jenderal Departemen Pertahanan Indonesia.
"Kami tengah menunggu kiriman 24 jet tempur F-16 dari Amerika Serikat. Kami akan memiliki pesawat tempur yang setidaknya cukup untuk persediaan 20 tahun ke depan. Dan itu berarti kami telah memiliki cukup Sukhoi untuk saat ini," katanya.
"Indonesia juga menanamkan investasi dalam program K-FX bersama Korea Selatan, yang nantinya akan menghasilkan jet fighter yang ditujukan untuk menggantikan pesawat seperti (Northrop) F-5 dan F-16. Kami akan membeli jet tempur fighter K-FX sebanyak 3 skuadron, masing-masing 16-22 pesawat. Itu akan memenuhi program jangka panjang"
Layanan pers Sukhoi mengatakan mereka tidak menyadari dan terkejut dengan keputusan dari sumber Indonesia tersebut, karena belum ada diskusi resmi dengan Jakarta untuk penjualan Sukhoi lagi.
Kita tahu, Indonesia baru saja membeli enam pesawat tempur Sukhoi Su-30 yang akan dikirimkan dalam tiga tahun kedepan. Bila telah dikirimkan, TNI AU akan memiliki total 16 pesawat Sukhoi, yang membutuhkan suku cadang, pelayanan, pemeliharaan dll. "Proyek bersama pesawat K-FX Indonesia bersama Korea Selatan tidak mungkin terwujud segera," kata sumber di layanan pers Sukhoi.
Sumber : Artileri -
Empat unit pesawat Super Tucano, yang diberangkatkan dari Halim Perdana Kusuma, setelah dari Brasil, sudah tiba di Bandara Abd Saleh, Malang, Jawa Timur, pada Minggu (2/9/2012), pada pukul 11.00 WIB.
Pesawat Tempur Ringan Super Tucano TNI AU tiba di Lanud Abd Saleh, Malang, Jawa Timur
Hadir dalam penyambutan super Tucano adalah Marsekal Muda TNI Agus Supriatna, Pangkoops AU II Makassar didampingin Danlanud Abd Saleh, Malang, Marsekal Pertama TNI Gutomo dan hadir pula kepala daerah di Malang, Bupati Malang Rendra Kresna, Wali Kota Malang Peni Suparto dan Wali Kota Batu Eddy Rumpoko.
Sebelum mendarat, empat pesawat buatan Brasil itu beratraksi dikawal pesawat Hercules. Saat mendarat, para pilot langsung disambut tarian sambutan di depan Hanggar. Adapun para pilot pesawat tempur itu di antaranya Kapten Almir Sumar De Azevedo, Kapten Carlos Moreira Chaster, Kapten Airton Manoel Rodrigues dan Kapten William Souza.
Usai acara penyambutan kepada wartawan Pangkoops AU II Agus Supriatna mengatakan bahwa pesawat super Tucano itu untuk membantu operasi di darat maupun di laut.
"Pada 17 September mendatang, baru akan akan diserahkan secara resmi ke negara atau ke ke pihak TNI AU," katanya.
Saat ini jelas Agus, baru ada 4 unit pesawat yang tiba di Indonesia. "Totalnya ada 16 pesawat. Semoga dengan adanya hubungan baik dengan Brasil, pada akhir tahun depan, sisanya bisa selesai dan tiba di Indonesia," katanya.
Pesawat Super Tucano itu, menurut Agus Supriatna, untuk di tingkat ASEAN, baru Indonesia yang memakainya. "Negara di ASEAN baru Indonesia. Kalau di Amerika Latin, sudah lama pakai pesawat ini," katanya.
Ditanya soal keunggulannya, Super Tacano dinilai untuk jarak jangkaunya luar biasa. "Misalnya, kalau dari Malang, membawa bom, atau alat tempur, bisa kuat sampai ke Balikpapan. Dan pesawat ini bisa membawa 6 bom," katanya.
Mengapa ditaruh di Malang? Agus menegaskan, karena di Abd Saleh sudah dilengkap alat perawatannya. "Sudah 2 tahun lalu, alat perawatan untuk pesawat ini kita pikirkan. Tapi kalau dibutuhkan bisa langsung diterbangkan ke lokasi," katanya.
Semua fasilitas tambahnya, sudah ada di Lanud Abd Saleh Malang. "Kalau sudah memungkinkan akan dikirim ke lokasi, sekarang ditaruh di pangkalan induk (Abd Saleh). Tidak bisa kalau ditaruh di lokasi operasi. Misalnya ditaruh di perbatasan. Kalau sudah ada pangkalannya, bisa langsung ditaruh di perbatasan. Karena memang pesawat untuk perbatasan," katanya.
Sementara itu, menurut Dan Lanud Abd Saleh Malang Marsekal Pertama TNI Gutomo, untuk para pilot sudah dipersiapkan.
"Sejak 2 tahun lalu, untuk para pilot sudah mulai dididik kualitasnya. Para penerbang sudah disebar untuk meningkatkan kualitas penerbangan. Kalau sudah baik dan kualitas penerbangannya sudah bagus ditarik lagi ke sini untuk pesawat super Tucano," katanya singkat.
Sumber : Kompas -
Empat pesawat ini merupakan pengiriman pertama, dari total 16 unit pesawat yang dipesan
Wakil Kepala Staf TNI AU Marsekal Madya Dede Rusamsi mengatakan, TNI AU telah mempersiapkan jumlah penerbang yang cukup, untuk mengawaki satu skuadron pesawat tempur taktis Super Tucano EMB 314 yang akan dimiliki TNI AU.Pesawat Tempur Ringan Super Tucano EMB 31 TNI AU
Hal ini dikatakannya saat upacara penyambutan kedatangan empat pesawat Super Tucano di Lanud Halim Perdanakusuma pada hari Sabtu (1/9).
Pesawat tiba di Indonesia, setelah menjalani penerbangan selama dua minggu dari lokasi pabriknya Empresa Braziliera de Aeronautica (Embraer), di San Jose dos Campos, Brazil.
Empat pesawat ini merupakan pengiriman pertama, dari total 16 unit pesawat yang dipesan oleh TNI AU, untuk menggantikan pesawat OV 10 Bronco di Skuadron 21 Lanud Abdurrahman Saleh, Malang, Jawa Timur.
“Sebagian dari penerbangnya adalah mantan penerbang Bronco, namun kami juga melatih penerbang-penerbang baru,” ujar Dede.Pesawat Tempur Ringan Super Tucano di Langit Halim
TNI AU telah mengirim empat personilnya untuk berlatih, sebagai penerbang pesawat tempur taktis ini dan dari pelatihan itu, mereka juga sudah memenuhi kualifikasi sebagai pelatih.
Dengan kekuatan satu skuadron yang terdiri dari 16 pesawat, TNI AU harus menyiapkan 24 pilot untuk awak pesawat jenis ini.
Salah satu penerbang Embraer yang ikut menerbangkan pesawat ini, Kapten William Souza mengatakan, dari delapan penerbang Embraer yang turut dalam pengiriman pesawat ini, tiga di antaranya akan tinggal di Malang hingga akhir tahun.
“Kami akan melatih pilot-pilot angkatan udara Indonesia,” ujar William.
Dede juga mengatakan bahwa TNI AU akan memastikan adanya alih teknologi, dalam pemeliharaan terkait pembelian pesawat ini.
Komponen alih teknologi merupakan salah satu ketetapan, dalam setiap kontrak pengadaan alat utama sistem pertahanan militer Indonesia, dari produsen luar negeri, dalam rangka membangun kemandirian industri pertahanan Indonesia.
“Sudah ada personil yang dilatih sehingga nanti perawatan pesawat bisa dilakukan sendiri,” ujar Dede.
Empat pesawat ini singgah satu hari di Jakarta setelah sebelumnya singgah di Lanud Suwondo, Medan, Sumatra Utara.
Mereka akan meneruskan perjalanan pada hari Minggu, menuju tujuan akhirnya yaitu Lanud Abdurrahman Saleh di Malang, yang akan menjadi pangkalan pesawat-pesawat Super Tucano ini.
Sumber : Berita Satu -
Pengganti OV-10F Bronco telah tiba, yaitu empat Embraer EMB-314 Super Tucano, yang baru saja mendarat dari penerbangan feri di Pangkalan Udara Utama Halim Perdanakusuma, Jakarta, Sabtu siang. Secara keseluruhan 16 pesawat turboprop multi fungsi itu dibeli Indonesia dari Brazil; empat lagi akan tiba dalam batch kedua pada awal tahun depan; dan batch terakhir pada pertengahan tahun itu juga.
Pesawat Tempur Ringan - Embraer EMB-314Super Tucano Pesanan TNI AU
"Pada Januari 2013 akan datang kembali empat unit Super Tucano. Pesawat ini akan terus berdatangan ke Indonesia hingga mencapai 16 unit atau satu skadron," kata Wakil Kepala Staf TNI AU, Marsekal Madya TNI Dede Rusamsi, Sabtu siang. Dia menyaksikan sendiri pendaratan secara berturutan keempat Super Tucano versi kursi ganda itu, yang diterbangkan delapan pilot pabrikan Embraer, dari pabriknya di Sao Jose dos Campos.
Bukan dia sendiri yang menyaksikan dan menyambut tim penerbang uji Empresa Braziliera de Aeronautica (Embraer) yang dipimpin Carlos A Vieira itu, puluhan pejabat TNI AU juga selain mendekati 100 jurnalis Tanah Air. Penerbangan feri dari Sao Jose dos Campos ke Jakarta ditempuh dalam 12 hari penerbangan menyinggahi 12 negara dan belasan kota. Tidak ada hambatan apapun dalam penerbangan feri itu dan sebelum Jakarta, mereka menyinggahi Bandara Suwondo, Medan.
Secara organisasi, skuadron Super Tucano itu ditempatkan di Skuadron Udara 21 di Pangkalan Udara Utama TNI AU Abdurrahman Saleh, Malang. Skuadron udara ini sejak dulu memang dikenal sebagai "rumah"-nya skuadron intai dan pemburu sergap musuh di darat selain patroli dan keperluan lain.
Satu tipe pesawat tempur yang sangat terkenal dari skuadron itu adalah OV-10F Bronco yang telah dipensiunkan sejak 2007 dan kebanyakan bekas-bekas pesawat tempur buatan Rockwell, Amerika Serikat, itu dijadikan monumen dengan keadaan sekedarnya.
Super Tucano hadir dikelir kelabu perpaduan pegunungan dan wilayah maritim Indonesia secara umum dengan hiasan taring hiu di bibir merah darah rancangan mantan panglima Komando Pertahanan Udara Nasional, almarhum Marsekal Muda TNI Faustinus Djoko Poerwoko. Nomor registrasinya juga masih memakai registrasi Brazil walau logo bendera Merah-Putih ada di kemudi tegaknya.
Rusamsi menyatakan, arsenal baru TNI AU itu juga efektif sebagai anti perang gerilya karena kecepatannya pas dan bisa dilengkapi berbagai jenis persenjataan ringan hingga berat.
Yang penting juga, katanya, TNI AU telah mengganggarkan dana untuk kesenjataan pesawat tempur taktis multifungsi itu. Jajaran persenjataan telah dibuktikan banyak negara cocok untuk dipasang di lima hard point atau pod persenjataannya, mulai dari senapan mesin berat kaliber 12,7 milimeter, bom konvensional Mk-81 dan Mk-82, peluru kendali udara-ke-udara jarak pendek AIM-9 Sidewinder, hingga peluru kendali Piranha.
Karena ini terbang feri untuk pengantaran pesawat terbang baru, kata Rusamsi, persenjataan Super Tucano tidak dipasang. Saat mendarat, kesemua pod senjatanya memang kosong, dan tiga di antaranya diganti sementara dengan tangki eksternal untuk memperpanjang jarak tempuhnya dari semula 1.600 kilometer menjadi sekitar 2.500 kilometer dalam kecepatan jelajah 500 kilometer perjam.
Harap diingat, tanpa persenjataan yang menggetarkan dan seharusnya, Super Tucano tidak akan berfungsi maksimal sebagai penjaga kedaulatan Indonesia di udara ataupun darat.
Walaupun teknologi yang dibenamkan Embraer di dalam tubuhnya sekelas dengan PC-21 buatan Pilatus, Swiss, yang harganya jauh lebih mahal dari dia. Disebut-sebut, harga 16 unit Super Tucano itu sekitar 143 juta dolar Amerika Serikat, yang dibayarkan melalui fasilitas kredit ekspor.
Sumber : Antara -
EMPAT unit pesawat tempur taktis jenis Super Tucano EMB 314, Sabtu (1/9) siang tiba di Lapangan Udara (Lanud) Halim Perdanakusumah, Jakarta Timur. Kedatangan empat pesawat tempur bermesin turboprop tersebut merupakan bagian dari pembelian 16 unit pesawat Super Tucano yang dilakukan TNI Angkatan Udara dari Embraer, produsen pesawat asal Brasil.
Pesawat Super Tucano Pesanan TNI AU Tiba di Halim
Wakil Kepala Staf TNI Angkatan Udara Marsekal Madya TNI Dede Nursyamsi, menyatakan, pembelian 16 unit pesawat Super Tucano tersebut dimaksudkan untuk mengganti pesawat OV-10 Bronco Skadrin Udara 21 Lanud Abdulrahman Saleh, Malang, Jawa Timur. "Pesawat yang dibeli TNI AU ini tipe EMB-314/A-29B (kursi tandem) berkemampuan serang antigerilya, pengendali udara depan, dukungan udara dekat, penyekatan dan pertahanan udara dengan kemampuan tambahan pesawat latih dan fungsi pengawasan udara (air surveillance)," ujar Dede saat acara penyambutan yang diiringi pentas tari tradisional.
Keempat pesawat tersebut tiba Halim sekitar pukul 11.30 WIB setelah menempuh perjalanan panjang dari Brasil. Lamanya perjalanan, mengharuskan keempat pesawat yang diawaki oleh 8 pilot itu singgah di 14 lokasi.
Dede menjelaskan, penerbangan dari pabrikannya di San Jose Jos dos Campos, Brasil yang juga lazim disebut sebagai ferry flight dimulai pada 20 Agustus 2012 lalu dan melintasi 12 negara. "Selanjutnya pada esok hari atau Minggu (2/9), pesawat akan menempuh leg terakhirnya menuju Lanud Abdulrahman Saleh, Malang,” katanya.
Lebih lanjut dijelaskan Dede, kedatangan empat burung besi ini merupakan tahap pertama. Selanjutnya pada bulan Januari 2013 mendatang akan tiba 4 pesawat lagi dan seterusnya hingga melengkapi jumlah 16 unit.
Dede memastikan, TNI telah siap dalam hal pemeliharaan maupun alih teknologi pesawat Super Tucano itu. Termasuk kesiapan para penerbang TNI AU mengoperasikan pesawat dengan berat maksimum 5,4 ton tersebut. "Alih teknologi sejak tingkatan ringan, sedang dan berat.Personel kami sedang dilatih dan siap mengoperasikan. Pembinaan penerbang kami lakukan berkesinambungan sesuai sesuai kapabilitas," katanya. (Jurna)
Indonesia Beli 16 Super Tucano Senilai Rp2,7 Triliun
Empat pesawat tempur Super Tucano yang dibeli TNI Angkatan Udara dari perusahaan Embraer, Brasil, tiba di Pangkalan Udara Halim Perdanakusumah, Jakarta, Sabtu 1 September 2012. Indonesia memesan 16 pesawat atau satu skuadron.
"Ini adalah pesawat yang kedatangannya kami tunggu sejak lama," ujar Wakil Kepala Staf Angkatan Udara, Marsekal Madya Dede Nursamsi di Jakarta, Sabtu 1 September 2012.
Menurut Dede, 16 pesawat tempur ini nantinya akan ditempatkan di Lanud Abdulrahman Saleh, Malang, Jawa Timur. Pesawat-pesawat ini akan menggantikan tugas pesawat 0V-10 Bronco.
Dede mengatakan, untuk membeli satu paket yang terdiri dari delapan pesawat Super Tucano, Indonesia harus merogoh kocek sebesar US$143 juta (sekitar Rp1,36 triliun). "Kami pesan dua paket yang berarti berjumlah 16 pesawat," kata Dede.
Dia menambahkan, keempat pesawat yang tiba di tanah air hari ini diterbangkan dari Brasil menuju Indonesia oleh awak dari Embraer. Pesawat itu berangkat pada tanggal 20 Agustus 2012.
Keempat Super Tucano juga singgah 14 kali di sejumlah negara. Selama perjalanan itu, pesawat-pesawat ini melintasi 12 negara, seperti Brasil, Spanyol, Maroko, Italia, Yunani, Mesir, Qatar, Thailand, kemudian tiba di Halim dan akan berakhir di Malang.
"Total jam terbang dari Brasil hingga nanti menuju Malang sekitar 54 jam 35 menit selama kurun 14 hari penerbangan," ujarnya. (Viva)
14 Hari Melintasi 12 Negara di 4 Benua
Dari pantauan Seputar Indonesia(SINDO) di lapangan, pendaratan Super Tucano di Lanud Halim Perdanakusumah Jakarta berlangsung mulus. Sebelum mendarat, keempat unit pesawat tempur taktis tersebut terlihat terbang berjajar dalam jarak berdekatan. Satu per satu lantas berbalik arah ke sisi kiri untuk mengambil posisi mendarat di landasan. Setelah satu per satu pesawat mendarat, keempatnya melaju pelan menuju tempat parkir pesawat dibimbing sebuah mobil.
Jajaran petinggi TNI AU yang dipimpin wakil KSAU sudah menunggu sedari tadi kedatangan pesawat tersebut. Kedatangan pesawat tersebut dari Brasil bukanlah perkara mudah.Butuh waktu yang panjang untuk pesawat yang moncongnya berlukiskan hiu berwarna merah itu sampai di Jakarta.Pesawat yang dipiloti penerbang dari Embraer tersebut harus berhenti hingga 14 kali di 12 negara di empat benua.
Total jam terbang dari Brasil ke Malang sekitar 54 jam 35 menit. Menurut pilot Embraer, Capt William Souza, pesawat diberangkatkan dari pabriknya di Gaveao Peixoto San Jose dos Campos Brasil pada 20 Agustus 2012.Di Brasil pesawat berhenti dua kali,di Recife dan Fernando de Noronha Island. “Kemudian terbang ke Sal Island di Cape Verde.Perjalanan dari Brasil ke Cape Verde enam jam 15 menit,”terangnya usai mendarat.
Dari Cape Verde, penerbangan dilanjutkan menuju Gran Canaria Island di Spanyol, lalu terbang lagi ke Nador di Maroko. Dari Maroko, rombongan yang tiap pesawat diisi dua orang itu terbang ke Palermo (Italia) dan diteruskan ke Athena (Yunani). “Kemudian ke Luxor (Mesir), diteruskan ke Doha (Qatar), terbang lagi ke Muscat (Oman),” bebernya. Dari negara Timur Tengah, Super Tucano masuk wilayah Asia, yakni India.
Di negeri Mahatma Gandhi itu Super Tucano berhenti dua kali, masing-masing di Ahmedabad dan Kolkota. Penerbangan dilanjutkan ke Rayong,Thailand. “Baru kemudian masuk ke Indonesia di Medan dan hari ini (Sabtu, 1/9) tiba di Jakarta. Besok (Minggu, 2/9) ke Malang,” kata William.
Dalam kondisi normal, pesawat yang dilengkapi dua senapan mesin itu hanya sanggup terbang 3,5 jam karena daya tampung bahan bakar internal sebanyak 648 liter. “Kita pasang tiga drop tank sehingga bisa terbang selama kurang lebih tujuh jam,”tutur William Souza (sindo)
Gambar : vivanews -
Markas Besar TNI mengklaim rudal AGM-65K2 "Maverick All-Up-Round" sebagai bagian dari kebutuhannya. "Itu salah satu kelengkapan pesawat yang dibutuhkan oleh TNI," kata Kepala Pusat Penerangan Markas Besar TNI Laksamana Muda Iskandar Sitompul kepada wartawan, Senin, 27 Agustus 2012.
Peluru Kendali (Rudal) AGM-65K2 ''Maverick All-up-round''.
Namun Iskandar mengatakan akan menyerahkan rencana pembelian rudal itu pada Kementerian Pertahanan. "Tentu semuanya harus disesuaikan dengan anggaran yang ada, urusan itu biar Kemhan yang memutuskan," kata Iskandar.
Iskandar memastikan TNI memerlukan 18 paket peluru kendali pabrikan Raytheon Co ini. "Kalau punya pesawatnya, tentu harus dilengkapi dengan sistem persenjataan yang memadai," ujar dia.
Sebelumnya, Presiden Amerika Serikat Barack Obama menyatakan persetujuannya untuk menjual perangkat rudal F-16 ke Indonesia. Berdasarkan nota yang dikirim pada Rabu pekan lalu itu, Indonesia disebut-sebut meminta paket 18 rudal jenis AGM-65K2 "Maverick All-Up-Round", 36 rudal untuk latihan para pilot, tiga rudal latihan "perawatan" beserta suku cadangnya, perlengkapan pengujian, serta latihan personal.
Rudal AGM-65 buatan Raytheon Co itu dirancang untuk menyerang target jarak jauh, termasuk kendaraan lapis baja, pertahanan udara, transportasi darat, dan fasilitas penyimpanan. "Penjualan ini akan menjadikan Indonesia mitra regional yang berharga di sebuah wilayah penting di dunia," kata Pentagon, seperti dikutip dari laman Business Recorder, Ahad 26 Agustus 2012.Sumber : TempoPesawat Jet Tempur Tanpa Rudal Jarak Jauh Tak Ada Gunanya
Indonesia harus bisa memainkan posisi tawar dalam negosiasi pengadaan alutsista
Memperkuat persenjataan pada pesawat jet tempur F-16, adalah hal yang niscaya karena pesawat jet tempur tanpa dipersenjatai rudal terpandu jarak jauh, tidak ada gunanya .Pengamat Militer Connie Rahakundini Bakrie
Hal ini dikatakan oleh pengamat militer, Connie Rahakundini Bakrie, menyusul berita yang dilansir kantor berita Reuters dari Washington DC, Amerika Serikat pada Jumat (24/8), yang melaporkan pemerintah Presiden Barack Obama, telah mengusulkan untuk menjual rudal terpandu jarak jauh dan peralatan terkait senilai 25 juta dollar Amerika, untuk melengkapi armada pesawat jet tempur F-16 yang dimiliki Indonesia.
“Pesawat jet tempur memang harus bisa menembak, tapi harus diperhatikan apakah hal ini memang sesuai dengan kebutuhan TNI Angkatan Udara sebagai penggunanya,” ujar Connie ketika dihubungi, Minggu (26/8).
Indonesia disebutnya harus bisa memainkan posisi tawar, yang lebih baik dalam negosiasii pengadaan alat utama sistem pertahanan (Alutsista) dengan Amerika Serikat, mengingat Amerika Serikat memandang posisi strategis Indonesia, dan dianggap sebagai kekuatan pengimbang terhadap China di kawasan Asia.
Dalam hal ini dan dengan konteks sengketa di kawasan Laut China Selatan antara China, Taiwan dan empat negara anggota ASEAN, Connie mengatakan Indonesia dapat menggunakan posisi tawarnya, untuk meminta Amerika agar mendukung penguatan kekuatan militer Indonesia di laut dan tidak hanya di udara.
"Kesempatan ini harus dimanfaatkan untuk mendapatkan perjanjian kerjasama yang lebih baik untuk membangun armada laut baru, seperti Armada Pasifik dan Armada Lautan Hindia, sehingga melengkapi Armada Barat dan Armada Timur yang sudah ada,” ujar Connie.
Namun Connie mengatakan bahwa kebijakan politik luar negeri Indonesia bebas aktif, dengan semboyan one thousand friends zero enemy dapat menimbulkan kebingungan, untuk menentukan aliansi yang kuat dengan salah satu kekuatan besar di dunia, walau hal ini juga dapat digunakan untuk menjalin kerjasama yang lebih erat dengan Amerika dan China.
Connie memberikan contoh bahwa Indonesia dapat membagi kerjasama militernya dengan kedua negara tersebut, dalam membangun dan memperkuat armada laut, misalnya membangun Armada Barat dan Samudera Hindia dengan China, sementara Armada Timur dan Pasifik dengan Amerika.
“Ini akan membuat Indonesia sebagai negara dengan kekuatan pengimbang yang sebenarnya. Menurut saya, ini adalah gerakan non blok abad ke-21,” ujar Connie.
Sumber : Berita Satu -
Dalam latihan udara Pitch Black 27 Juli-13 Agustus lalu di Australia, penerbang dan jet-jet Sukhoi Su-27/30 Flanker TNI AU dianggap sebagai rekan berlatih utama dan tamu kehormatan. Kehadiran pesawat tempur buatan Rusia yang amat disegani Barat ini sudah diharapkan sejak lama. Australia, AS dan sejumlah negara ingin sekali melihatnya dari dekat dan mengajaknya berlatih bersama. Ajakan itu akhirnya dipenuhi Indonesia dalam Pitch Black ke-12 yang baru saja berakhir. Tim Indonesia dipimpin langsung oleh Wakasau Marsda TNI Dede Rusamsi.
Super Hornet Australia Berdampingan Dengan Sukhoi Indonesia Kini, ketegangan AU Australia terhadap pesawat-pesawat tempur buatan Rusia itu sudah mencair. Kerjasama lebih jauh dengan TNI AU tampaknya juga mulai terbuka lebar. Mereka puas bisa berlatih bersama, terlebih karena jet andalan mereka F/A-18F Super Hornet AU Australia bisa "duel" di langit Tindal dan Darwin. Pemandangan langka ini disaksikan peserta tetap Pitch Black, yakni Korp Penerbangan Marinir AS, AU Thailand, AU New Zealand, dan AU Singapura. Selain Super Hornet dan Flanker, ikut berlatih juga di sini di antaranya: F-16 Fighting Falcon, F/A-18 Hornet, F-15 Eagle, dan AP-3C Orion.Lalu apa kata penerbang jet Sukhoi Indonesia, yang semestinya juga menganggap latihan udara bersama ini sebagai pengalaman yang amat berharga? "Walau skalanya tidak sebesar Red Flag, latihan ini tampak direncanakan, dikelola dan dilaksanakan dengan sangat baik. Mereka memanfaatkan semua sumber yang ada dan dimiliki partisipan, sehingga latihan seperti real," ungkap Komandan Skadron Udara 11 Letkol Pnb. Untung Suropati kepada Angkasa. Red Flag yang ia sebut adalah latihan pertempuran udara madya yang rutin dilakukan AU AS di Alaska dan Nevada.Ditambahkan, walau TNI AU sering berlatih operasi udara semacam ini, namun skala dan kompleksitas Pitch Black telah menambah wawasan, pengetahuan serta bekal yang lain bagi penerbang TNI AU. Mereka kini tahu seperti apa operasi gabungan skala besar multi-nasional. Untuk itu kesempatan ini sebaiknya memang diberikan juga kepada skadron udara lain.
Adakah kesan khusus terhadap F/A-18F Super Hornet, yang disandingkan sebagai "lawan tanding" Su-27/30? "Pesawat ini bagus. Thrust (daya dorong mesin) dan avioniknya jauh lebih baik dari Hornet yang klasik (F/A-18 Hornet). Tetapi untuk bisa maksimal, tetap kembali pada pilotnya. Seberapa terlatih dan seberapa terampil dia bisa memanfaatkan kelebihan yang ada," ungkapnya di sela-sela latihan Flypass 17 Agustus nanti di atas Istana Negara, Jakarta.
"Syukur kami bisa mengimbanginya. Berkat kerap berlatih dengan radar, RWR, extra thrust; mereka memberi apresiasi dan pengakuan yang luar biasa pada kemampuan BVR (Beyond Visual Range) combat dan Close Combat yang kami miliki," ujar Untung Suropati.Sumber : Angkasa -
Kepala Staf TNI Angkatan Udara (KSAU), Marsekal TNI Imam Sufaat dijadwalkan menyambut kedatangan empat unit pesawat pesawat Super Tucano di Halim Perdanakusuma, Jakarta pada 1 September 2012.
Pesawat Super Tucano PT-ZDN-04 Saat Mendarat di Spanyol
“Empat unit pesawat Super Tucano dari Brazil akan tiba di Halim PK, 1 September 2012 pukul 10.00 WIB,” kata Letkol Bintang, Staf Dinas Penerangan TNI Angkatan Udara (Dispenau) kepada Jurnal Nasional, Sabtu (25/8).
Sebelumnya, Kepala Pusat Penerangan TNI, Laksamana Muda TNI Iskandar Sitompul juga membenarkan rencana kedatangan empat unit pesawat Super Tucano tersebut.
Hingga Desember 2012 TNI AU miliki 8 Pesawat dari 16 Pesawat yg dipesanMenurut Kapuspen TNI, setelah empat unit tahap pertama tiba di Tanah Air, tiga bulan kemudian juga akan tiba 4 unit lagi. Sehingga pada tahun 2012 akan ada delapan unit pesawat Super Tucano untuk mengisi Skuadron Udara 21 Lanud Abdul Rachman Saleh.
Iskandar menjelaskan, pemenuhan Alat Utama Sistem Persenjataan (Alutsista) TNI mengacu pada konsep Minimum Essential Forces (MEF) dan Rencana Strategis Pertahanan Jangka Panjang dengan menitikberatkan penggunaan hasil produksi industri strategis dalam negeri. ”Pengadaan alutsista TNI dari luar negeri dilakukan apabila industri strategis dalam negeri belum mampu memproduksi peralatan tersebut dan tidak ada unsur politis dari negara produsen,” kata Iskandar Sitompul di Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta, Selasa (14/8/2012).
TNI AU berencana akan mendatangkan satu skadron Super Tucano atau sekitar 16 unit pesawat untuk menggantikan pesawat OV-10 Bronco di Skadron 21 Malang yang sudah habis masa jam terbangnya.Super Tucano Pesawat Serang Riangan Kualitas Terbaik dikelasnya.
Marsekal Muda TNI Bambang Samoedro, saat menjabat Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan dara (Kadispenau) tahun 2011 lalu, mengatakan, pesawat Super Tucano dipilih karena pesawat ini memiliki kualitas paling baik di antara pesawat sejenisnya.
Menurut Bambang, sebelum memilih Super Tucano, TNI AU juga sudah mempertimbangkan membeli pesawat serang kecil K9 buatan China dan KO1B buatan Korea. “Tapi, pilihan akhirnya jatuh pada Super Tucano,” katanya.
Super Tucano adalah jenis pesawat serang ringan dengan fungsi patroli pemantauan dan sebagai pesawat latih. Pesawat ini dilengkapi dengan baling-baling, teknologi avionik modern, dan sistem persenjataan.
Pesawat ini juga biasa digunakan dalam operasi counter-insurgency atau operasi penumpasan pemberontakan.Bonus Foto-foto penerbangan Ferry (terbang langsung) dari Brasil menuju IndonesiaSuper Tucano PT-ZDE 01 Indonesia Super Tucano PT-ZDH 02 Indonesia Super Tucano PT-ZDI 03 Indonesia Super Tucano PT-ZDN 04 Indonesia Super Tucano PT-ZDE 01 Mendarat di Spanyol Super Tucano PT-ZDH 02 Mendarat di Spanyol Super Tucano PT-ZDN 04 Mendarat di Spanyol Bonus Video YoutubeSumber : JurnasGambar : airliners.net -
Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro mengklaim, rencana pemerintah menerima hibah empat pesawat angkut C-130H Hercules bekas Angkatan Udara Australia/Royal Australia Air Force (RAAF) dinilai masih menguntungkan.
Pesawat C-130 Hercules yang akan dihibahkan Austraria untuk Indonesia
"Dengan membeli Hercules seharga US$ 15 juta, pesawat itu masih bisa dipakai selama 20 tahun," kata Menteri Purnomo Yusgiantoro kepada wartawan, Jumat, (24/8).
Harga tersebut dinilai jauh lebih murah ketimbang harga baru Hercules baru yang mencapai US$ 60 juta.
Menurut Purnomo, penerimaan hibah empat unit Hercules tersebut akan bermanfaat karena 15-20 tahun lagi tentu sudah ada teknologi pesawat angkut terbaru. "Jadi hibah ini dapat menguntungkan kita" ujarnya.
Selain menerima hibah, Indonesia juga berencana untuk membeli enam unit pesawat sejenis lainnya dari Australia. Total pembelian sepuluh unit Hercules tersebut mencapai US$ 150 juta.
Biaya tersebut, menurut Menhan sudah termasuk biaya serviced empat pesawat hibah dan harga enam pesawat yang dibeli.
Hercules hibah dari Australia, menurut Kementerian Pertahanan, amat dibutuhkan oleh Indonesia. Dari satu skuadron Hercules C-130H yang bermarkas di Bandar Udara Halim Perdana Kusuma, hanya tersisa sekitar 12 unit yang siap terbang.Sumber : itoday -
Kongres Parlemen AS pada tanggal 21 Agustus menyatakan kemungkinan menjual peralatan militer kepada Pemerintah Indonesia terdiri 18 Rudal AGM-65K2 MAVERICK All-Up-Round dan peralatan yang terkait, suku cadang, pelatihan dan dukungan logistik dengan perkiraan biaya sebesar 25 juta dolar AS. Pembelian ini terkait dengan hibah 24 Pesawat tempur F-16 dari Amerika Serikat.
Rudal AGM-65K2 MAVERIC
Pemerintah Indonesia berencana membeli 18 Rudal AGM-65K2 MAVERICK All-Up-Round, 36 TGM-65K2 Captive Air Training Missiles, 3 TGM-65D Maintenance Training Missiles, dan peralatan pendukung lainnya. Rudal ini akan dipakai TNI AU untuk dipasang pada pesawat tempur F-16 sebagai rudal Air-to-Ground, disamping itu AS juga menawarkan kembali hibah 10 pesawat tempur F-16 nya kepada Indonesia.Rudal AGM-65K2 MAVERIC Pada Pesawat Tempur F-16 AS Parlemen Amerika mendorong kerjasama lanjutan antara AS dan Indonesia, dan menganggap Indonesia sebagai mitra penting dan berharga di kawasan ASIA. Rencana penjualan peralatan ini tidak akan mengubah keseimbangan militer di kawasan itu.Sumber : DSCA -
Keterlibatan Indonesia dalam pembuatan pesawat tempur KFX/IFX dengan Korea Selatan, menjadi sebuah lompatan bersejarah bagi Indonesia. Hal ini wajar dicapai Indonesia karena memang telah puluhan tahun berkecimpung di dunia perakitan dan pembuatan pesawat.
Indonesia memasuki fase baru yakni joint production pembuatan pesawat tempur sekelas F-16 dengan Korea Selatan. Adapun pesawat yang akan dibangun kira-kira memiliki spesifikasi:
Peran : Multirole Stealth Fighter
Pabrikan: KAI & PT DI
Target Operasi: 2020 (estimasi)
Populasi: Proses development
Mesin: 2 x GE F414-GE-400 (2 x 97,9 kN)/ F414 EPE
Jumlah Produksi: 250 pesawat
Rencananya pesawat ini akan dilengkapi radar AESA buatan Korsel, IRST, datalink dan memiliki kemampuan supercruise. Dua disain pesawat sedang dianalisa yakni: KFX-201: twin engine dan KFX:-101: single engine.
Korea Selatan mengaku telah memiliki 63% teknologi untuk membuat KFX dan memiliki 60% dana untuk membangunnya. Sisanya diharapkan bisa diperoleh dari pihak asing terutama Indonesia yang mendukung pendanaan sebesar 20 persen dan berniat membeli 50 pesawat.
Apakah Pesawat KFX/IFX akan terealisasi ?
Beberapa pihak meragukan kemampuan Korsel dan Indonesia dalam membuat pesawat tempur siluman. Hal ini dikarenakan teknologi inti masih belum dikuasai, seperti: avionik, mesin, data fusion dan material komposit.
Angkatan Udara Korea Selatan mulai tergoda untuk memiliki T50 PAK FA buatan Sukhoi Rusia karena dirasa lebih tidak beresiko dan pesawat prototype-nya pun telah terbang. Jika AU Korsel memilih T50 PAK FA, bisa jadi Indonesia akan dirugikan karena terlanjur mengeluarkan dana dalam proses pengembangannya.
Jika melihat negara-negara yang mengembangkan pesawat jet tempur, track recordnya memang tidak menggembirakan. China saja yang mengembangkan pesawat tempur selama puluhan tahun, tetap saja mengandalkan pesawat dari Rusia. Begitu pula dengan India, Pakistan, Mesir dan bahkan Israel.
Perancis saja yang sudah malang melintang dalam pembuatan pesawat, tetap saja kesulitan menjual jet tempur Rafale. Hingga saat ini hanya Perancis yang menggunakan Raffale, setelah India akhirnya beralih membeli Typhoon Eurofighter.
Israel pun demikian. Pembuatan jet tempur Kfir tidak sukses. Israel tetap menggunakan F-16 dan F-15 sebagai tulang punggung Angkatan Udara mereka.Apa yang terjadi dengan Israel ?
Meski Israel gagal membuat jet tempur Kfir menjadi mumpuni, namun efek positifnya banyak didapat. Kegagalan Israel dalam jet tempur Kfir, tidak membuat teknologi dirgantara mereka ikut mati. Israel berhasil menciptakan perlengkapan sensor, elektronik dan sistem senjata bagi pesawat tempur AS yang mereka beli. Bahkan Israel terus berkembang dengan menciptakan: military air system, ground defense system, naval system dan lain sebagainya. Bahkan Israel sangat berkembang dengan teknologi UAV serta AEW&C. Amerika Serikat tidak ketinggalan menggunakan produk UAV dan AEW&C Israel. Begitu pula Rusia yang mulai menggunakan UAV Israel.
Track record negara baru yang mengembangkan jet tempur memang tidak bagus. Namun pembuatan jet tempur KFX/IFX akan memberi banyak efek positif bagi Indonesia dan bahkan bisa memberi efek tidak terduga (invention).
Untuk itulah PT DI telah membuat unit kerja bayangan program KFX/IFX di Bandung. Unit bayangan ini menyalin semua aktifitas KFX-IFX yang dikerjakan para ahli KAI dan PT DI di Korsel. Hal ini untuk pelajaran bagi insinyur Indonesia lainnya maupun antisipasi jika proyek KFX di Korsel terhenti.
Dengan pembuatan KFX/IFX, Indonesia akan belajar membuat sistem senjata, sensor dan elektronik, radar dan sebagainya untuk memenuhi kebutuhan IFX yang dibangun. Tentu insinyur-insinyur Indonesia akan mempelajari sistem terbaik untuk diinstal di pesawat tempur tersebut. Kesempatan inilah yang sangat mahal. Para ahli penerbangan dan militer Indonesia, memiliki kesempatan melakukan “praktek lapangan” dengan medium IFX.
Joint production antara Korsel dan Indonesia dalam membuat jet tempur KFX/IFX merupakan langkah yang jitu.Diagram efek KFX yang dirilis Korsel Kasus yang sama sebenarnya sedang terjadi dengan TNI AL. Saat ini TNI AL telah berhasil membuat berbagai jenis kapal perang, yang sistem persenjataannya dibeli dari negara asing. Hal ini sebuah kemajuan. Indonesia telah mampu meng-install rudal yakhont maupun C-802 di berbagai KRI.
Kini Indonesia mulai melangkah dengan membuat Combat Management System (CMS) untuk kapal-kapal perang buatan dalam negeri. Indonesia bisa terus bergerak untuk mendapatkan lompatan teknologi, bukan sekedar membelinya dari negara asing.
Hal-hal yang besar di dunia ini, diawali dengan yang kecil. Kini Indonesian bergerak dengan proyek: Pesawat Tempur IFX, Kapal Cepat Rudal Trimaran, Kapal Selam Chang Bogo, Tank Medium Pindad dan Senjata Serbu Pindad. Merdeka IndonesiaSumber : JKGR
Tampilkan postingan dengan label Pesawat Tempur. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Pesawat Tempur. Tampilkan semua postingan
Langganan:
Postingan (Atom)