Proyek SS-2000 Pindad
Bullpup adalah konfigurasi senjata api, dimana mekanisme dan magazennya terletak di belakang pelatuk. Konfigurasi seperti ini meningkatkan perbandingan panjang laras terhadap panjang total senapan, yang memungkinkan membuat senapan yang larasnya sama dengan laras senapan biasa, tapi total panjang senapan lebih pendek. Keuntungannya selain lebih pendek, juga relatif lebih ringan.
Dibandingkan senapan serbu konvensional, panjang senapan serbu bull-pup umumnya lebih pendek. Keakuratannya diklaim produsennya jauh lebih baik dibandingkan senapan serbu konvensional. Hal ini disebabkan tekanan dari letusan lebih tertahan, karena mekanis ada di belakang senapan. Namun demikian, di tengah tumbuhnya kecenderungan produksi senapan bull-pup, belum diimbangi respons kalangan militer di sejumlah negara yang menyukai senapan serbu konvensional. Walau senapan serbu jenis bull-pup banyak dipromosikan sebagai sosok senapan serbu masa depan (futuristik). Kondisi demikian, tampak dialami sejak dua tahun terakhir. Perkembangan dan produksi senapan serbu bull-pup berkembang pesat di berbagai negara. Maka, dari seluruh pasukan di dunia, yang menggunakan senapan bull-pup secara massal, sampai kini hanya diketahui Inggris, Prancis, Austria, Australia, dan Malaysia. Negara adidaya AS pun belum tertarik menggunakan senapan bull-pup sebagai standar pasukannya.
Industri senjata Indonesia melalui PT Pindad pun tak mau ketinggalan, melalui projek SS-2000 (SS3-V1) yang pernah berhasil di kembangkan dan sempat bercokol di Indo-defence 2006, walau sampai kini masih tak jelas perkembangannya, Urusan perawatan mekanis dan harga lebih mahal menjadi kendala utama penggunaan senapan jenis bull-pup. Begitu juga pengembangannya Di Indonesia, banyak kalangan militer mengaitkan dengan kebiasaan, senapan bull-pup dirasakan terlalu pendek dan kurang cocok digunakan.
Berikut adalah beberapa gambaran mengenai proyek SS-2000 (SS3 v1) buatan Pindad yang sempat bercokol di pameran Indo-defence 2006 dengan karakteristik sebagai berikut :
1. Sistem operasi setia mengadopsi sistem gas piston milik AK 47 serta pendahulunya SS1, SS2, FN Fal, FN Fnc, Steyr AUG yang sudah terbukti kehandalannya.
2. Dengan layout bullpup dimana pasokan amunisi berada dibelakang triger group/pelatuk, sosok senapan dapat dipangkas sampai 25 % tanpa mengurangi performa balistik. Sosok senjata yang ringkas sangat mendukung dalam skenario PJD/ pertempuran jarak dekat (Close quarter battle); sesuai digunakan dalam operasi antiteror yang kerap terjadi di dalam bangunan/gedung yang memiliki ruang gerak sempit. Keuntungan lain adalah sosok senapan yang ringkas menyesuaikan dengan postur tubuh rata-rata orang Asia.
3. Dari segi receiver/bodi senjata, 70 % material SS ini dibuat dengan bahan high resistant impact polymer ala Steyr AUG yang ringan namun kuat. Dari segi design, receiver tempat mekanisme dan masuknya magazine, handguard, dan pistol grip masih setia menganut model SS2 sehingga memudahkan pengguna terutama dari pihak TNI/Polri (konsumen utama), sedangkan buttstock/popor mengadopsi model bawaan senapan Keltec RFB (rifle forward ejecting bullpup) yang ergonomis di bahu operator.
4. Dilengkapi dengan picatiny rail yang dipasang secara kuadrupel (4 sisi); atas, kanan, kiri, serta dibawah handguard sehingga menawarkan akomodasi penggunaan optik dan aksesori pendukung yang fleksibel; ex: pemasangan front grip pada SS3 V1 untuk mempermudah akuisisi target ataupun bipod seperti varian SS3 V4 Sharpshooter.
5. Sistem bidik bawaan standar masih memakai model pisir pejera berbentuk carrying handle milik SS2. Khusus pejera, dapat dilipat ke bawah dan menyatu dengan tabung gas saat tidak digunakan. Berkat adannya picatiny rail, operator dapat menggantinya dengan optik sesuai dengan tuntutan operasi/kebutuhan (SS3 V3 CQB yang dipasangkan dengan optik Meprolight M21 buatan Israel/ SS3 V4 sharpshooter dengan optik lansiran Pindad).
6. Cocking handle/tuas pengokang berada di atas handguard pada kesua sisi senjata sehingga memudahkan operator, terutama operator kidal untuk mengokang senjata.
7. Ejection port/lubang keluarnya selongsong peluru dibuat pada kedua sisi. Sekali lagi untuk menghindarkan operator kidal dari lontaran selongsong panas. Sama dengan sistem yang dianut Steyr AUG, operator cukup memasang left bolt assembly dan menutup ejection port yang kiri sehingga selongsong keluar lewat kanan.
8. Fire selector/tuas pilih mode tembakan juga dibuat ambidextrous/dibuat pada kedua sisi.
9. Semua varian SS3 dapat dipasangkan dengan bayonet bawaan SS1, SS2, maupun M16 (bayonet m7) sehingga masih bisa digunakan dalam hand to hand combat. Selain itu, model bayonet yang sama akan mempermudah urusan logistik TNI nantinya.
10. Untuk menambah daya pukul, varian SS3 V1 dan V3 dapat dipasangi pelontar granat baik itu SPG 1 (senapan pelontar granat standar TNI buatan Pindad) maupun SPG 2 (model senapan pelontar granat untuk FN F 2000). Sebagai pembidik, kedua varian diatas dilengkapi dengan leaf dan quadrant sight yang menjamin akurasi sampai 400 m.
11. Khusus pada varian SS3 V4 sharpshooter, laras senapan memiliki profil heavy barrel untuk menjamin daya tahan laras saat sustained fire (rentetan panjang) sekaligus akurasi pada jarak jauh. Dapat dilengkapi lightweight bipod untuk menstabilkan senjata. Sistem bidik standar dapat diganti dengan FN scope yg telah dimiliki oleh inventori TNI ataupun memasangkannya dengan optik buatan pindad lainnya.
12. Laras pada semua varian SS Bullpup dipasang dengan teknik free floating barrel sehingga menjamin akurasi sejak pertama kali senjata ditembakkan.
Diketahui perancang senjata ini adalah seorang prajurit TNI. Bermula menimba ilmu senjata dari kakak, Dia pun bisa langsung berkarya ketika menjadi prajurit Kopassus. Bahkan, pada 2006 Ade sukses meraih juara II lomba karya cipta teknologi TNI dengan karya desain senjata serbu SS-1 yang diproduksi PT Pindad. SS-1 didesain menjadi senjata jenis bullpup.
Dibandingkan senapan serbu konvensional, panjang senapan serbu bull-pup umumnya lebih pendek. Keakuratannya diklaim produsennya jauh lebih baik dibandingkan senapan serbu konvensional. Hal ini disebabkan tekanan dari letusan lebih tertahan, karena mekanis ada di belakang senapan. Namun demikian, di tengah tumbuhnya kecenderungan produksi senapan bull-pup, belum diimbangi respons kalangan militer di sejumlah negara yang menyukai senapan serbu konvensional. Walau senapan serbu jenis bull-pup banyak dipromosikan sebagai sosok senapan serbu masa depan (futuristik). Kondisi demikian, tampak dialami sejak dua tahun terakhir. Perkembangan dan produksi senapan serbu bull-pup berkembang pesat di berbagai negara. Maka, dari seluruh pasukan di dunia, yang menggunakan senapan bull-pup secara massal, sampai kini hanya diketahui Inggris, Prancis, Austria, Australia, dan Malaysia. Negara adidaya AS pun belum tertarik menggunakan senapan bull-pup sebagai standar pasukannya.
Industri senjata Indonesia melalui PT Pindad pun tak mau ketinggalan, melalui projek SS-2000 (SS3-V1) yang pernah berhasil di kembangkan dan sempat bercokol di Indo-defence 2006, walau sampai kini masih tak jelas perkembangannya, Urusan perawatan mekanis dan harga lebih mahal menjadi kendala utama penggunaan senapan jenis bull-pup. Begitu juga pengembangannya Di Indonesia, banyak kalangan militer mengaitkan dengan kebiasaan, senapan bull-pup dirasakan terlalu pendek dan kurang cocok digunakan.
Berikut adalah beberapa gambaran mengenai proyek SS-2000 (SS3 v1) buatan Pindad yang sempat bercokol di pameran Indo-defence 2006 dengan karakteristik sebagai berikut :
1. Sistem operasi setia mengadopsi sistem gas piston milik AK 47 serta pendahulunya SS1, SS2, FN Fal, FN Fnc, Steyr AUG yang sudah terbukti kehandalannya.
2. Dengan layout bullpup dimana pasokan amunisi berada dibelakang triger group/pelatuk, sosok senapan dapat dipangkas sampai 25 % tanpa mengurangi performa balistik. Sosok senjata yang ringkas sangat mendukung dalam skenario PJD/ pertempuran jarak dekat (Close quarter battle); sesuai digunakan dalam operasi antiteror yang kerap terjadi di dalam bangunan/gedung yang memiliki ruang gerak sempit. Keuntungan lain adalah sosok senapan yang ringkas menyesuaikan dengan postur tubuh rata-rata orang Asia.
3. Dari segi receiver/bodi senjata, 70 % material SS ini dibuat dengan bahan high resistant impact polymer ala Steyr AUG yang ringan namun kuat. Dari segi design, receiver tempat mekanisme dan masuknya magazine, handguard, dan pistol grip masih setia menganut model SS2 sehingga memudahkan pengguna terutama dari pihak TNI/Polri (konsumen utama), sedangkan buttstock/popor mengadopsi model bawaan senapan Keltec RFB (rifle forward ejecting bullpup) yang ergonomis di bahu operator.
4. Dilengkapi dengan picatiny rail yang dipasang secara kuadrupel (4 sisi); atas, kanan, kiri, serta dibawah handguard sehingga menawarkan akomodasi penggunaan optik dan aksesori pendukung yang fleksibel; ex: pemasangan front grip pada SS3 V1 untuk mempermudah akuisisi target ataupun bipod seperti varian SS3 V4 Sharpshooter.
5. Sistem bidik bawaan standar masih memakai model pisir pejera berbentuk carrying handle milik SS2. Khusus pejera, dapat dilipat ke bawah dan menyatu dengan tabung gas saat tidak digunakan. Berkat adannya picatiny rail, operator dapat menggantinya dengan optik sesuai dengan tuntutan operasi/kebutuhan (SS3 V3 CQB yang dipasangkan dengan optik Meprolight M21 buatan Israel/ SS3 V4 sharpshooter dengan optik lansiran Pindad).
6. Cocking handle/tuas pengokang berada di atas handguard pada kesua sisi senjata sehingga memudahkan operator, terutama operator kidal untuk mengokang senjata.
7. Ejection port/lubang keluarnya selongsong peluru dibuat pada kedua sisi. Sekali lagi untuk menghindarkan operator kidal dari lontaran selongsong panas. Sama dengan sistem yang dianut Steyr AUG, operator cukup memasang left bolt assembly dan menutup ejection port yang kiri sehingga selongsong keluar lewat kanan.
8. Fire selector/tuas pilih mode tembakan juga dibuat ambidextrous/dibuat pada kedua sisi.
9. Semua varian SS3 dapat dipasangkan dengan bayonet bawaan SS1, SS2, maupun M16 (bayonet m7) sehingga masih bisa digunakan dalam hand to hand combat. Selain itu, model bayonet yang sama akan mempermudah urusan logistik TNI nantinya.
10. Untuk menambah daya pukul, varian SS3 V1 dan V3 dapat dipasangi pelontar granat baik itu SPG 1 (senapan pelontar granat standar TNI buatan Pindad) maupun SPG 2 (model senapan pelontar granat untuk FN F 2000). Sebagai pembidik, kedua varian diatas dilengkapi dengan leaf dan quadrant sight yang menjamin akurasi sampai 400 m.
11. Khusus pada varian SS3 V4 sharpshooter, laras senapan memiliki profil heavy barrel untuk menjamin daya tahan laras saat sustained fire (rentetan panjang) sekaligus akurasi pada jarak jauh. Dapat dilengkapi lightweight bipod untuk menstabilkan senjata. Sistem bidik standar dapat diganti dengan FN scope yg telah dimiliki oleh inventori TNI ataupun memasangkannya dengan optik buatan pindad lainnya.
12. Laras pada semua varian SS Bullpup dipasang dengan teknik free floating barrel sehingga menjamin akurasi sejak pertama kali senjata ditembakkan.
SS Bullpup (foto audryliahepburn) |
Sejak itu nama Ade Kusnadi dikenal di kalangan militer sebagai desainer peralatan senjata TNI. Setahun kemudian pria yang berulang tahun setiap 12 Desember itu mendapat tugas di Dislitbang TNI-AD Lembang. "Saya mendapat kepercayaan membuat desain program penelitian submaterial utama yang membawahkan senjata dan kendaraan," tuturnya.(Lihat Sertu Ade)
Spesifikasi SS Bullpup :
Negara asal : Indonesia
Kaliber : 5,56 x 45 mm NATO/MU5 TJ Pindad
Kapasitas magazine : 30 peluru
Mekanisme : Gas operated, rotating bolt
Berat : 3,4 kg (loaded)
Rate of fire : 750 rpm
Jarak efektif : s/d 600 m (SS 3 V1 & V2), +1000 m (SS3 V4 Sharpshooter)
Kaliber : 5,56 x 45 mm NATO/MU5 TJ Pindad
Kapasitas magazine : 30 peluru
Mekanisme : Gas operated, rotating bolt
Berat : 3,4 kg (loaded)
Rate of fire : 750 rpm
Jarak efektif : s/d 600 m (SS 3 V1 & V2), +1000 m (SS3 V4 Sharpshooter)
SS Bullpup (foto beritahankam) |
Sumber :http://garudamiliter.blogspot.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar