Indonesia terus memodernisasi dan memperkuat armada perangnya terkait dengan ancaman militer dari negara tetangga yang semakin meningkat. Untuk wilayah Kalimantan misalnya, TNI mulai menghadirkan Main Battle Tank Leopard 2A6, Meriam Caesar 155mm, Peluncur Roket Multi Laras, Skuadron Helikopter Serbu, Pesawat Tempur, Korvet, Frigat, Penguatan Batalyon Tempur dan masih banyak lagi.
Namun theater perang ini hanya bisa bertahan dalam satu hari saja, jika perang terjadi. Memasuki hari kedua, mesin-mesin perang itu lumpuh karena tidak memiliki bahan bakar.
Dirut Pertamina Karen Agustiawan mengatakan, jika Indonesia sampai perang, pasokan BBM hanya cukup untuk satu hari saja. “Korea punya simpanan BBM di bawah tanah yang di atasnya hanya hamparan rumput selama 6 bulan, Amerika juga lebih lama lagi setahun, jadi Amerika punya pasokan yang sangat cukup untuk perang,” kata Karen pada Kuliah Umum di Fisip Universitas Indonesia, Jumat (8/6/2012).
“Indonesia tidak usah perang, karena BBM nya cuma cukup 1 hari saja,” ujar Karen.
Jika tidak ada perang dan kehidupan berjalan normal, pasokan BBM Indonesia hanya 22 hari. Untuk itu saja, Pertamina harus mengendapkan uang Rp 29 Triliun. Uang Pertamina yang mengendap di depo-depo dalam 1 hari mencapai Rp 1,3 triliun.
“Itu belum termasuk cost of fund, belum lagi untuk membayar tagihan ke Pemerintah, Pertamina harus menunggu jeda selama 1 bulan, makanya saya hampir tiap hari melototi cost of fund. Dan semua itu ditanggung Pertamina. Betapa super body-nya Pertamina,” tandasnya.
Betapa rapuhnya negara kita ini, karena jika terjadi perang maka BBM yang tersedia, hanya bisa bertahan untuk satu hari. Tentu asumsi perang di sini, adalah perang semesta dan tidak bisa kita asumsikan perang itu hanya terjadi di pulau atau wilayah tertentu di Indonesia.
Terima kasih ibu Karen Agustiawan, telah mengingatkan Indonesia tentang kelemahan lubang hitam yang strategis ini. Namun terlepas dari stok BBM yang terbatas itu, banyak persoalan di Pertamina yang memang tidak transparan. Misalnya: hingga kini publik tidak mengetahui berapa harga minyak yang dibeli dan dijual ke luar negeri. Angka ini tidak pernah dibuka dengan terang.
Sejak dulu kita mendengar statement bahwa minyak mentah Indonesia berkualitas bagus, sehingga lebih mahal jika dijual ke luar negeri daripada diolah sendiri. Apakah pernyataan itu masih relevan di tahun 2012 ini ?. Pertanyaan ini harus dijawab Pertamina.
Pemerintah juga menjadi bagian dari persoalan. Pertamina menyimpan saham 45 % di Sumur Minyak Cepu- jawa Tengah. ExxonMobil 45% dan Pemerintah Daerah 10 %. Namun Pemerintahan SBY menetapkan operator sumur minyak itu jatuh ke ExxonMobil. Padahal Pertamina sempat berteriak-teriak agar mereka yang menjadi operator.
Apakah kita tahu, berapa barel minyak yang dihasilkan perharinya oleh sumur minyak di Cepu – Jawa Tengah ?. Kok bisa-bisanya pemerintah menetapkan ExxonMobil selaku operatornya. Kecuali jika Pertamina mengatakan tidak sanggup.
Cadangan minyak nasional saat ini 4,39 miliar bbl dengan cadangan potensial 3,69 miliar bbl. Pengamat minyak Kurtubi memprediksi, dalam 20 tahun cadangan minyak kita akan habis.
Untung saja negeri ini dikaruniai kekayaan yang berlimpah. Aerospace Rusia bekerjasama dengan perusahaan migas Russia yang beroperasi di Indonesia telah menemukan 17 zona cadangan minyak baru di Indonesia dengan prakiraan cadangan 3,4 miliar bbl.
Cadangan minyak itu terletak di laut dengan jumlah yang sangat besar. Antara lain : 400 juta bbl terletak di antara Sumatera – Kalimantan, 600 juta bbl antara Jawa – Kalimantan dan yang terbesar 1,500 juta bbl di sekitar laut Arafuru.
Jika cadangan minyak ini bisa dieksplorasi oleh pemerintah, maka cadangan migas nasional akan cukup sampai 50 tahun. Cukup untuk waktu yang diperlukan bagi mengembangkan energi alternatif lainnya.
Penelitian Rusia ini memakai teknologi setelit yang disebut Distant Earth Screening Technology (DEST). Teknologi DEST bekerja dengan mendeteksi frekuensi yang keluar dari perut bumi. Ketika frekuesi tersebut menembus bumi dan melewati berbagai macam lapisan termasuk mineral dan minyak, maka frekuensi tersebut terdistorsi dan kemudian di analisa oleh sebuah algoritme untuk dapat mengetahui apa saja yang terkandung dalam perut bumi tersebut.
Distant Earth Screening Technology |
Dengan temuan ini diharapkan pemerintah bisa membenahi sistem dan struktur Energi Nasional yang lebih komprehensif dan transparan. Hal ini untuk mencegah apa yang disampaikan Dirut Pertamina Karen Agustiawan bahwa, pasokan BBM Indonesia hanya cukup untuk satu hari, jika terjadi perang. Betapa lemahnya posisi seperti itu untuk Indonesia
Sumber : jakartagreater.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar